AmbonBerita

Ambon Perkuat Mitigasi Bencana lewat Integrasi Data dan Kolaborasi Internasional

×

Ambon Perkuat Mitigasi Bencana lewat Integrasi Data dan Kolaborasi Internasional

Sebarkan artikel ini

Mitigasi Bencana Ambon

13/9/2025 - Mitigasi Bencana
AMBON: Foto bersama usai acara pembukaan Focus Group Discussion (FGD) Database Bangunan Kota Ambon untuk Estimasi Kerugian akibat Gempa Bumi dan Tsunami di Ambon, Jumat (12/9/2025). (Courtesy - MCAMBON)

AMBON, JENDELAMALUKU.COM – Pemerintah Kota (Pemkot) Ambon memperkuat upaya mitigasi bencana gempa bumi dan tsunami melalui penguatan database bangunan, sebagai dasar analisis kerentanan dan estimasi kerugian jika bencana terjadi.

Wali Kota Ambon, Bodewin Wattimena, menekankan pentingnya pembaruan data dan penguatan sistem informasi untuk memperkecil risiko korban serta kerugian akibat bencana alam.

“Kami bersyukur karena bisa ada dalam acara yang menurut saya sangat penting dan strategis bagi kota ini ke depan, yaitu FGD penguatan database bangunan Kota Ambon untuk analisis kerentanan dan mitigasi bencana gempa bumi dan tsunami,” ujarnya saat membuka Focus Group Discussion (FGD) Database Bangunan Kota Ambon untuk Estimasi Kerugian akibat Gempa Bumi dan Tsunami di Ambon, Jumat (12/9/2025).

Lebih lanjut, ia menggarisbawahi pentingnya belajar dari sejarah panjang Kota Ambon yang telah berusia 450 tahun, termasuk peristiwa bencana besar yang pernah tercatat.

“Sejarah ini bukan hanya untuk dipelajari, tetapi harus menjadi motivasi bagi kita untuk terus memperbaharui segala yang kita miliki, agar kita bisa tangguh dan melakukan langkah-langkah mitigasi demi mengurangi risiko ketika bencana terjadi,” lanjutnya.

Salah satu catatan penting yang disampaikan Wattimena berasal dari dokumentasi ahli sejarah alam Georg Eberhard Rumphius, yang menyebutkan bahwa pernah terjadi tsunami dengan ketinggian mencapai 90 hingga 110 meter di Ambon.

Mengingat sebagian besar wilayah pemukiman berada di pesisir, potensi dampaknya sangat besar.

“Bisa kita bayangkan kota Ambon yang sebagian besar wilayah pemukimannya ada di wilayah pesisir berarti habis semua pemukiman yang ada di pesisir, bahkan di pusat kota,” ungkapnya.

FGD ini juga menghadirkan kolaborasi antara para ahli dari Indonesia dan Jepang.

Wattimena secara khusus mengapresiasi kehadiran ilmuwan dari Universitas Tohoku Jepang, yang dikenal sebagai negara dengan teknologi mitigasi tsunami paling maju.

“Saya senang sekali ada ahli dari Jepang yang hadir di Ambon. Jepang hampir setiap waktu mengalami Tsunami, tapi mereka mampu mengurangi risiko. Mudah-mudahan pengalaman itu bisa kita replikasi di sini,” ujarnya.

Dia berharap, agar hasil dari kegiatan ini dapat terintegrasi dengan sistem layanan darurat milik Pemkot Ambon, seperti call center 112.

Tujuannya, agar penanganan darurat saat bencana dapat dilakukan lebih cepat dan efektif.

“Jika hasil penelitian ini bisa terhubung dengan layanan call center 112, maka masyarakat akan lebih cepat tertangani ketika bencana terjadi. Itu adalah tujuan kita, yaitu menyelamatkan masyarakat,” jelasnya.

Baca artikel menarik lainnya dari JENDELAMALUKU.COM Di CHANNEL TELEGRAM