Semua hasil kerja keras dari mengolah lahan dan menyuling getah pohon koli.
“Beta seng (tidak) tahu kalau bapak ada bawa uang kuliah. Tahunya cuman ada bawa uang makan dan uang transport sebesar 4 juta. Tapi pas sampai di Ambon telepon mama dan mama kasih tahu kalau bapak juga ada bawa uang kuliah sebesar 18 juta,“ ujar Anita.
Meski sang ibu telah meminta Anita untuk kembali ke kampung karena kehilangan sosok suami dan tulang punggung keluarga, tekad gadis ini tak surut.
Ia memilih tetap bertahan di Ambon demi mewujudkan impian yang sudah diperjuangkan bersama sang ayah.
“Mama Telpon dan Bilang, Bapa sudah seng ada lai tu dan Mama sendiri di sini. Bale jua. Tapi beta bilang mama, kalau beta bale nanti Bapa kecewa. Bapa mau buat ade kuliah,”
“Beta bilang biar Beta kuliah di sini jua biar murah-murah jua seng apa-apa nanti sambil kuliah sambil kerja seng apa-apa, seng mungkin bapak su antar lalu su seng ada begini bale di Letti lai pasti Bapak rasa kecewa,” sambungnya.
Kini, dalam diam dan harap, Anita menunggu keajaiban. Menanti ayahnya pulang, agar bisa bersama-sama menapaki kampus Unpatti—tempat di mana seharusnya babak baru dalam hidup mereka dimulai.
“Saya rasa Bapak masih ada belum meninggal,” tandasnya.(*)







