Beberapa kemajuan pada tahun 2025 antara lain:
- Jumlah negara dengan rencana aksi nasional hepatitis meningkat dari 59 menjadi 123;
- Sebanyak 129 negara telah mengadopsi kebijakan pengujian hepatitis B pada ibu hamil, naik dari 106 negara pada tahun 2024;
- 147 negara telah memperkenalkan vaksin hepatitis B dosis lahir, meningkat dari 138 pada tahun 2022.
Namun demikian, masih terdapat kesenjangan besar dalam cakupan layanan dan hasil yang dicapai, sebagaimana dinyatakan dalam Laporan Hepatitis Global 2024:
Advertisement = Scroll kebawah untuk baca berita
Advertisement = Scroll kebawah untuk baca berita
- Cakupan pengujian dan pengobatan masih sangat rendah; hanya 13% orang dengan hepatitis B dan 36% dengan hepatitis C yang telah terdiagnosis pada tahun 2022;
- Tingkat pengobatan bahkan lebih rendah – 3% untuk hepatitis B dan 20% untuk hepatitis C, jauh di bawah target 2025 yaitu 60% terdiagnosis dan 50% mendapat pengobatan;
- Integrasi layanan hepatitis masih belum merata: 80 negara telah mengintegrasikan layanan hepatitis ke dalam layanan kesehatan primer, 128 ke dalam program HIV, dan hanya 27 negara yang mengintegrasikan layanan hepatitis C ke pusat pengurangan dampak buruk.
Tantangan berikutnya adalah meningkatkan cakupan pencegahan, skrining, dan pengobatan secara luas.
Jika target WHO untuk tahun 2030 tercapai, maka akan dapat menyelamatkan 2,8 juta jiwa dan mencegah 9,8 juta infeksi baru.
Namun, dengan semakin menurunnya dukungan donor, negara harus memprioritaskan investasi domestik, integrasi layanan, pengumpulan data yang lebih baik, pengadaan obat yang terjangkau, dan penghapusan stigma.(*)
