LANGGUR, JENDELAMALUKU.COM — Pameran Ekonomi Kreatif (Ekraf) yang digelar di Pantai Ngur Sarnadan, Desa Ohoililir, menjadi bukti nyata semangat masyarakat Kei dalam menjaga warisan budaya sambil mendorong pertumbuhan ekonomi lokal.
Kegiatan ini merupakan bagian dari rangkaian Festival Pesona Meti Kei (FPMK) yang setiap tahunnya menampilkan karya, tradisi, dan kreativitas warga Maluku Tenggara.
Wakil Bupati Maluku Tenggara, Charlos Viali Rahantoknam, saat membuka pameran, menegaskan, setiap produk yang dipamerkan bukan sekadar hasil kerajinan, tetapi juga mengandung nilai sejarah, budaya, dan gotong royong yang mencerminkan identitas masyarakat Kei.
“Festival Pesona Meti Kei bukan semata ajang hiburan atau pariwisata, tetapi juga sarana menegaskan identitas dan kreativitas masyarakat Kei. Di balik setiap produk, terdapat nilai dan semangat yang hidup dalam budaya kita,” ujar Wabup.
Rahantoknam menilai, geliat para pelaku ekonomi kreatif lokal menunjukkan bahwa keindahan Maluku Tenggara tidak hanya terletak pada alamnya, tetapi juga pada ide dan inovasi masyarakatnya.
“Ini panggungnya pelaku lokal. Mari tampil percaya diri dengan karya-karya asli anak daerah,” ucapnya.
Ia menambahkan, pemerintah daerah terus berupaya memberikan dukungan berupa pelatihan, promosi, dan pendampingan agar pelaku usaha kecil mampu berkembang secara berkelanjutan.
“Kami ingin membuktikan bahwa keterbatasan bukan penghalang, melainkan pemicu kreativitas,” imbuhnya.
Usai pembukaan, Bupati Thaher Hanubun meninjau sejumlah stan pameran yang menampilkan produk berbahan alami khas Kei seperti Saloi, nyiru, ayakan, tas tempurung kelapa, serta Enbal Semprong. Dalam kesempatan itu, Bupati juga membeli beberapa produk sebagai bentuk dukungan terhadap pelaku usaha lokal.
Para pengrajin mengaku, kegiatan semacam ini menjadi ruang promosi yang sangat berarti. Metilda Wenhenubun, salah satu pelaku ekraf, menyampaikan apresiasinya dan berharap pemerintah dapat memfasilitasi tempat usaha yang layak.
“Saat ini kami masih mengandalkan penjualan di media sosial dan pameran,” ungkap Metilda.
Sementara itu, Phina Sangur dari Desa Soinrat berharap pemerintah juga membantu penyediaan rumah produksi dan akses permodalan agar usaha kelompok pengrajin dapat berkembang lebih besar.
“Selama ini kami bekerja secara swadaya. Dengan dukungan fasilitas dan modal, usaha kami bisa lebih berkembang,” ujarnya.(*)







