Calon Sidi GPM yang baru ini umumnya adalah generasi Z. Suatu generasi yang telah merambah dunia digital dan menjadikan dunia itu sebagai dunia seseharinya. Artinya ada tantangan serius dalam proses pembinaan berkelanjutan sebagai warga sidi baru.
“Setelah peneguhan sidi mereka akan masuk dalam suatu lingkungan digitalisasi. Ini memberi pesan kepada gereja dan semua keluarga tentang penting pendidikan intergenerasional, terutama untuk menurunalihkan nilai-nilai kehidupan dan pengaruh positif kepada anak-anak ini. Gereja harus melakukan inovasi pembinaan umat kepada generasi Z, sebab selain mereka, telah ada pula generasi Alpha dan generasi Beta yang sudah lahir tahun 2025 dan akan ada sampai tahun 2039 nanti,” jelas Maspaitella.
“Saya berharap agar calon sidi baru nanti meresapi semua pengajaran iman yang telah mereka terima selama menempuh PFG, serta meneladani Yesus Kristus, sambil melihat pada pola-pola hidup-Nya serta sifat-sifat dasar yang ditunjukkan-Nya selama Ia ada di dunia. Di sisi lain, orang tua harus lebih peka dan harus menciptakan ruang komunikasi yang intensif dan hangat dengan anak, agar tidak ada waktu dan ruang kosong tanpa komunikasi langsung (in-touch), karena digitalisasi akan menciptakan ruang nir-touch, dan jika itu dibiarkan tanpa sentuhan orang tua, anak akan mengambil nilai dari sumber-sumber lain dan bisa saja belum selesai disaring,” jelasnya.