BEIJING, JENDELAMALUKU.COM – Pemerintah China mengeluarkan peringatan keras kepada negara-negara lain agar tidak menjalin kesepakatan dagang dengan Amerika Serikat jika kesepakatan tersebut merugikan kepentingan China.
Peringatan ini muncul di tengah meningkatnya tensi perang dagang antara dua kekuatan ekonomi terbesar dunia.
Juru bicara Kementerian Perdagangan China, dalam pernyataannya yang dikutip dari Al Jazeera, menegaskan bahwa Beijing akan “mengambil langkah balasan secara tegas dan setimpal” terhadap negara mana pun yang memilih untuk berpihak pada Amerika Serikat dalam upaya mengucilkan China.
Langkah ini merupakan respons atas laporan yang menyebut bahwa pemerintahan Presiden Donald Trump tengah aktif mendorong negara-negara mitra dagang untuk menjauhi China. Retorika yang mengeras ini menambah kekhawatiran akan dampak lanjutan dari konflik dagang yang tidak hanya memengaruhi kedua negara, tetapi juga mengancam stabilitas ekonomi global.
Peringatan ini muncul saat sejumlah negara bersiap untuk menggelar perundingan dengan Amerika Serikat guna mencari pengecualian dari tarif “resiprokal” yang diberlakukan oleh Presiden Trump — tarif yang sempat diberlakukan dan kemudian ditangguhkan terhadap sekitar 60 mitra dagang.
Lantas, apa sebenarnya yang menjadi pokok dari ketegangan verbal terbaru ini? Sejauh mana pengaruh yang dimiliki China dalam perdagangan global? Dan mampukah Trump memecah solidaritas antarnegara dan menciptakan jarak antara ibu kota-ibu kota dunia dan Beijing?
Apa Latar Belakangnya?
The Wall Street Journal baru-baru ini melaporkan bahwa Presiden Donald Trump berupaya memanfaatkan pembicaraan soal tarif sebagai alat untuk menekan mitra ekonomi Amerika Serikat agar membatasi perdagangan mereka dengan China. Langkah ini juga dimaksudkan untuk mengurangi dominasi China dalam sektor manufaktur global.
Sebagai imbalan atas kerja sama dalam membatasi perdagangan dengan China, negara-negara tersebut berpeluang mendapatkan pengurangan tarif serta hambatan dagang dari Amerika Serikat.
Pemerintahan Trump menyatakan saat ini sedang dalam proses negosiasi dengan lebih dari 70 negara.
Pada hari Senin, Kementerian Perdagangan China memberikan tanggapan keras. Mereka memperingatkan bahwa “mencari kepentingan egois jangka pendek dengan mengorbankan kepentingan pihak lain adalah ibarat mencari kulit harimau”.
Dalam hal ini, China menyindir bahwa negara-negara yang berupaya membuat kesepakatan dengan AS — yang digambarkan sebagai “harimau” — pada akhirnya justru akan menjadi korban dari kekuatan tersebut.
Kementerian juga menegaskan bahwa China tidak akan tinggal diam, dan akan menargetkan semua negara yang tunduk pada tekanan AS untuk merugikan Beijing, dengan langkah-langkah balasan yang tegas.