AMBON, JENDELAMALUKU.COM – Apa jadinya jika perjalanan menuju masa depan justru menjadi awal duka tak terperi?
Itulah kenyataan pahit yang kini harus dijalani Anita Taurwewar (18), gadis asal Maluku Barat Daya yang kehilangan ayahnya secara misterius saat pelayaran menuju Ambon.
Siang itu, Jumat (6/6/2025) sekitar pukul 13.00 WIT, menjadi momen terakhir Anita melihat ayahnya, Pelipus Taurwewar (57), di atas KM. Sabuk Nusantara 87.
Tak ada firasat apa pun, hingga sosok sang ayah lenyap begitu saja saat kapal tengah berlayar di kawasan Laut Banda.
Perjalanan yang awalnya penuh harap untuk menjemput masa depan di bangku kuliah, berubah menjadi perjalanan paling sunyi.
Anita harus melanjutkan pelayaran seorang diri, menahan pedih tanpa tahu harus mengadu kepada siapa.
Nakhoda, kru kapal, hingga sesama penumpang adalah orang-orang asing bagi gadis yang baru pertama kali meninggalkan kampung halamannya.
Sabtu (7/6/2025), KM. Sabuk Nusantara 87 bersandar di Pelabuhan Siwabessy, Kecamatan Nusaniwe, Kota Ambon.
Anita turun dari kapal dengan langkah berat, dijemput sang kakak, Korneles Ferdi Taurwewar (32), namun tanpa ayah di sisi.
> “Papa seng (tidak) ada, seng tau dimana kakak?,” tangis pun pecah hingga kabar hilangnya Pelipus tersiar kemana-mana.
Sejak itu, pencarian terus dilakukan. Seorang pengacara, Nikolas Okmemera, turut mendampingi keluarga.
Koordinasi telah dilakukan dengan pihak manajemen kapal dan otoritas setempat.
Pada Rabu (18/6/2025), polisi menggelar olah TKP dan rekonstruksi di atas kapal yang sementara berlabuh di Pelabuhan Yos Sudarso Ambon.
Namun, hingga memasuki pekan ketiga sejak kejadian, keberadaan Pelipus Taurwewar masih menjadi misteri.
Anita masih mengingat dengan jelas saat terakhir bersama ayahnya.
Mereka sedang dalam pelayaran dari Leti ke Ambon, dan sang ayah tampak sedang menonton penumpang bermain kartu di dek dua.
“Duluan saja, nanti Bapak ikut,” begitu kata terakhir ayahnya, saat Anita mengajaknya turun ke tempat tidur di dek satu.
Usai mandi, Anita kembali ke tempat tidur, namun ayahnya tak kunjung datang.
Ia pun naik kembali ke dek dua untuk mencari, tetapi sosok ayahnya sudah tidak ada.
“Naik cek Bapak, Bapak sudah tidak ada,” ujar Anita dengan nada sedih.
Laporan segera disampaikan kepada kru kapal.
Pengumuman dilakukan tiga kali, namun tetap tak membuahkan hasil.
Kepergian Pelipus tak hanya menyisakan luka, tetapi juga membawa serta harapan yang telah ia siapkan untuk putrinya.
Sang ayah membawa uang sebesar Rp 22 juta—Rp 18 juta untuk biaya kuliah Anita, dan Rp 4 juta untuk makan serta ongkos perjalanan.







