“ASN sudah dipotong otomatis, dan kami pelaku usaha pun taat pajak. Tapi kenapa masih ada pungutan dari oknum tertentu di bidang kebersihan? Harus dievaluasi,” tegasnya.
Mahasiswa: Turunkan Tarif Angkot untuk Pelajar
Kaum muda Ambon pun tidak tinggal diam.
Kelompok mahasiswa dari Universitas Kristen Indonesia Maluku (UKIM), seperti Enda Yamarua, Ulen, dan Putri Kormasela, menyuarakan pentingnya realisasi tarif angkot khusus untuk pelajar dan mahasiswa.
“Sejak dulu sudah ada SK Wali Kota yang menetapkan tarif khusus, tapi banyak sopir angkot tidak menjalankannya. Kami harap pemerintah benar-benar awasi ini,” ungkap Enda.
Para mahasiswa juga menyoroti meningkatnya konflik sosial dan tindakan kekerasan yang melibatkan remaja di Ambon, yang dianggap mencoreng citra ‘Ambon Manise’.
“Kami butuh aturan yang tegas dari pemerintah, karena anak muda adalah calon pemimpin masa depan. Jangan biarkan mereka tumbuh dalam lingkungan yang tidak aman dan tanpa arahan,” tegas Putri.
Permasalahan Infrastruktur dan Dampak Cuaca Ekstrem
Masih menurut Enda, perhatian terhadap infrastruktur juga mendesak.
Ia menyebut banjir dan tanah longsor yang kerap terjadi akibat cuaca ekstrem sebagai bukti lemahnya kesiapan pemerintah.
“Pembangunan infrastruktur harus menyentuh seluruh wilayah kota, jangan hanya di pusat kota saja,” imbuhnya.
Dukungan dan Harapan untuk Pemerintah
Meskipun banyak kritik, warga tetap mendukung visi dan misi Pemerintah Kota Ambon. Arsyad, seorang pegawai Disperindag Provinsi Maluku, berharap agar pendapatan daerah dialokasikan untuk hal-hal prioritas yang menyentuh langsung kebutuhan rakyat.
“Kami dukung program pemerintah, asalkan benar-benar fokus pada pembangunan yang adil dan merata,” katanya.
HUT ke-450 telah menjadi momentum reflektif bagi masyarakat dan pemerintah kota.
Kini, harapan mereka adalah agar tidak hanya perayaannya yang meriah, tetapi juga perbaikan nyata di bidang kerukunan sosial, pelayanan publik, infrastruktur, hingga kesejahteraan masyarakat Ambon secara keseluruhan.
Pemerintah kota dituntut untuk tidak hanya mendengar, tetapi juga bertindak atas berbagai aspirasi ini, demi masa depan Ambon yang benar-benar “Manise” dalam arti sesungguhnya.(*)







