Berdasarkan data yang dihimpun Kompaspedia, menjelang akhir hayat Kartini (1904), tidak kurang dari 246 surat yang dia tulis.
Setelah dianalisis ada sebanyak 155 surat-surat Kartini yang ditulisnya untuk teman-temannya di Negeri Belanda, yang berisi tentang pemikiran-pemikirannya mengenai pendidikan wanita.
Surat-surat itu kemudian dikumpulkan oleh Mr. J. H. Abendanon dan diterbitkan pada tahun 1911 dengan judul “Door Duisternis tot Licht” (Habis Gelap Terbitlah Terang). Buku tersebut menjadi “best seller” yang mengalami beberapa kali cetak ulang.
Ternyata, fenomena Kartina tidak sekedar identik dengan khas baju “kebayanya” yang biasanya dikenakan oleh sementara kaum Hawa setiap memperingati Hari Kartini (tanggal 21 April).
Tetapi lebih dari yang sesungguhnya, dia adalah pelontar gagasan yang berbasis akademis.
Dia melompat dari jendela kebodohan dan keterbelengguan menuju dunia baru yang progresif.
Gebrakan pemikiran akademis Kartini mulai direspon oleh pemerintah kolonial.
Belum genap satu tahun setelah kumpulan surat Kartini diterbitkan pada 1911, perhatian atas pendidikan formal perempuan Jawa mulai meningkat.