Opini

Memaknai Iman kepada Tuhan Yang Maha Asyik

×

Memaknai Iman kepada Tuhan Yang Maha Asyik

Sebarkan artikel ini

Opini

14/5/2024 - Thobib Al Asyhar
Thobib Al Asyhar, dosen Kajian Islam dan Psikologi pada SKSG Universitas Indonesia, Direktur Guru dan Tenaga Kependidikan Madrasah Kementerian Agama.

Tips Jaga Keamanan Kelistrikan di Rumah saat Musim Hujan, Lapor jika Ada Gangguan melalui Aplikasi PLN Mobile

Karenanya, cara pandang kita kepada Allah sebagai sosok yang “mengasyikkan” tentu sangat penting.

Cara kaum sufi memandang Allah tanpa jarak telah membentuk kepribadian yang lembut, baik, dan memandang makhluk lain dengan penuh cinta kasih.

Tiada sedikitpun rasa benci bahkan kepada pihak yang menyakiti mereka sekali pun. Kenapa? Karena antara dirinya dengan diri Tuhan telah menyatu dalam kesejatian dan keluhuran sifat-sifat-Nya.

Kisah “keakraban” Tuhan dengan Nabi Musa sebagai “kekasih-Nya” diceritakan dalam kitab Fathul Majid, Syarkh ad-Durrul Farid fi Aqa’idi Ahlit Tauhid, salah satu karya Syaikh Nawawi disebutkan: Suatu hari Nabi Musa as. mengadukan derita sakit giginya kepada Allah. Kemudian Allah memerintahkan untuk mengambil beberapa helai rumput di suatu tempat.

“Letakkan rumput itu pada gigimu yang nyeri,” kata Allah.

Seketika itu sakit giginya reda. Selang beberapa waktu kemudian, sakit gigi Nabi Musa kembali kambuh.

Baca artikel menarik lainnya dari JENDELAMALUKU.COM Di GOOGLE NEWS
2/4/2024 - Opini
Opini

Kaidah yang berlaku biasanya adalah al-uswah takhaffa al-masyaqqah (adanya preseden/contoh puasa sebelumnya, yang dilakukan oleh umat-umat…