Tanpa mengadu kepada Allah, Nabi Musa langsung menuju padang rumput yang pernah didatangi beberapa masa silam.
Lalu ia mengobati giginya dengan rumput seperti praktk yang pernah dilakukannya. Bukannya sembuh, malah sakit giginya semakin menjadi (parah).
Dan Nabi Musa pun bermunajat lagi kepada Allah: “Nabi Musa as. berkata: ‘Tuhanku, bukankah Engkau memerintahkanku dan menunjukkanku untuk ini?’
Lalu Allah menjawab, ‘Aku-lah Sang Penyembuh. Aku-lah pemberi kebaikan. Aku-lah yang mendatangkan mudharat. Aku pula yang mendatangkan kemaslahatan. Pada sakitmu yang pertama, kau mendatangi-Ku. Karenanya, Ku-sembuhkan penyakitmu. Tetapi kali ini, kau langsung mendatangi rumput itu, bukan mendatangi-Ku.”
Kisah antara nabi Musa dan Allah tersebut menunjukkan “keakraban” hubungan keduanya.
Saat nabi Musa butuh pertolongan karena sakit gigi, Allah langsung memberi “resep” ampuh hingga langsung sembuh.
Namun, Allah seperti “nyandain” nabi Musa saat beliau ingin berobat lagi dengan resep sama tapi tanpa izin dari Allah. Cara Musa tersebut tidak diridhai Allah padahal Musa adalah “kekasih-Nya”.