Opini

Puasa Itu Ringan atau Berat?

×

Puasa Itu Ringan atau Berat?

Sebarkan artikel ini

Ramadan 2024

2/4/2024 - Opini
Hamam Faizin (Dosen STAI Al Hikmah Jakarta)

Hal senada juga diungkapkan oleh Syekh Muhammad Ali Taha Ad-Durrah dalam tafsirnya saat menafsirkan frasa kama kutiba ‘ala alladzina min qablikum (sebagaimana diwajikan atas orang-orang sebelum kamu).

Orang-orang yang dimaksud adalah al-umam (umat-umat) dan para nabinya sejak nabi Adam hingga sekarang. Menurut Syekh Muhammad Ali Taha Ad-Durrah puasa sesungghnya adalah ibadah yang purba (terdahulu) yang oleh Allah tidak satu umatpun dilewatkan untuk diwajibkan berpuasa, sebagaimana umat sekarang diwajibkan puasa. Kenapa begitu? Karena puasa adalah ibadah yang berat (‘ibadatun syaqqatun).

Di sinilah Ad-Durrah memberikan pernyataan yang menarik.

Ramadan 1445 H, Wamenag Ajak Umat Tebar Kasih Sayang kepada Sesama Manusia

Pernyataannya adalah Asy-Syai’u asy-syaaqqu idza ‘amma sahula ‘amaluhu. Artinya sesuatu yang berat, bila diumumkan (dibebankan kepada banyak orang) maka sesuatu yang berat itu akan menjadi ringan dalam melaksanakannya.

Masih dalam tafsirnya, Ad-Durrah juga menceritakan bahwa konon (qiila) umat Nasrani dahulu juga diwajibkan berpuasa Ramadan, sebagaimana umat Islam sekarang ini.

Mereka dulu puasa Ramadan saat musim panas atau musim dingin sehingga menyulitkan atau memberatkan mereka dalam melakukan perjalanan atau memberatkan mereka dalam mencari pencahariaan.

Kisah ini menyatakan betapa beratnya ibadah puasa.

Dengan membaca kedua tafsir tersebut, terjawabkan pertanyaan anak teman saya itu, bahwa puasa adalah ibadah yang berat, tapi menjadi ringan karena dijalankan oleh semua umat Islam dan umat-umat sebelumnya.

Perintah puasa dalam QS. Al-Baqarah/2:183 juga didahului dengan sapaan Allah kepada orang-orang yang beriman, ini adalah sapaan yang mulia dan lembut (akramu washfin wa althafu ‘ibaratin).

Sapaan ini adalah sapaan yang sifatnya umum, yakni kepada mereka yang beriman, tua muda, laki-laki perempuan, kaya miskin, pintar bodoh. Semua kena khitab (perintah) ini.

Saya tidak membayangkan jika gaya bahasa yang umum itu kemudian di-takhsis (dispesifikkan) lagi, misalnya ya ayyuhalladzina amanu fi Indunisiyya kutiba ‘alaikum as-siyam (wahai orang-orang yang beriman di Indonesia, diwajibkan bagi kamu berpuasa).

Tentu puasa akan menjadi semakin berat, sebab hanya mukmin Indonesia saja yang menjalankannya, mukmin di negara lain tidak. Wallahu’alam bi ash-shawab.(*)

Hamam Faizin (Dosen STAI Al Hikmah Jakarta)

Sumber Kemenag.go.id

Baca artikel menarik lainnya dari JENDELAMALUKU.COM di GOOGLE NEWS

Baca artikel menarik lainnya dari JENDELAMALUKU.COM Di CHANNEL TELEGRAM