Peristiwa Wafatnya Yesus Kristus, atau perjuangan melawan kelaliman memberi kita pesan, jangat takut.
Tuhan tidak pernah ingkar janji dalam mendampingi umat-Nya yang berjuang menegakkan kebenaran dan keadilan.
Roh Tuhan selalu membimbing umat-Nya sehingga kita berani mengambil sikap untuk setia dan berani menyumbangkan pada sesama, apa yang kita yakini sebagai kebenaran dan cinta kasih.
Cahaya Kehidupan Sejati
Filsuf eksistensialisme, Marthin Heidegger (1889 – 1976) menulis bahwa kematian merupakan hal yang paling fundamental dalam keberadaan manusia dalam karyanya, “being and Time”, 1927), “Being-towards death”, (Sein – zum – Tode).
Kematian adalah kemungkinan yang paling pasti dan tidak dapat dihindari dalam kehidupan manusia.
“segera setelah manusia menyadari bahwa dirinya hidup, maka pada saat itu dia sudah cukup tua untuk menuju ke pintu kematian”,. Heidegger berpendapat bahwa kesadaran akan kematian dapat membantu manusia memahami keberadaan mereka sendiri dan mengambil tanggung jawab atas kehidupan mereka. Ia menekankan bahwa kematian bukanlah akhir dari kehidupan, tetapi merupakan proses manusia menuju kehidupan yang autentik (eigentliche Existenz).
Keyakinan yang positip penting untuk mencari makna dibalik kematian, bahwa kematian itu tidak akan menghancurkan esensi kehidupan manusia.
Pesan kematian sang pangeran, Hamlet, dalam drama William Shakespare yang legendaris itu, bukan kematian Sang Pangeran yang ditangisi, melainkan pemaknaan tentara yang simbolik dan pidato Fortinbars mengemukakan makna hidup Hamlet dan memuji segala kebajikannya selama ia hidup.
Kematian Hamlet menunjukkan bahwa keadilan harus ditegakkan, bahkan jika itu harus mengorbankan nyawanya, ia rela mengorbankan nyawanya untuk meneruskan perjuangan ayahnya, membersihkan kerajaan dari korupsi.
Hamlet menunjukkan bahwa kebenaran harus diungkapkan, bahkan jika itu berarti harus menghadapi konsekuensi kematian, dan perbuatan baik, jujur, perjuangan kebenaran dan keadilan selama hidupnya menjadi memori indah bagi negerinya.
Menteri Agama K.H. Nasaruddin Umar dalam salah satu sambutannya pada peringatan Hari Amal Bakti ke 79 Kementerian Agama berpesan, “Para pemimpin di Kementerian Agama harus tampil terdepan dalam komitmen kejujuran, kebenaran dan keteladanan.
Seorang tokoh teladan pemberantasan korupsi almarhum Baharuddin Lopa mengatakan, banyak yang salah jalan, tetapi merasa tenang, karena banyak teman yang sama-sama salah. Beranilah menjadi benar, meskipun sendirian”.
Imam Besar Istiqlal yakin dan berharap, banyak orang-orang benar, jujur dan lurus di Kementerian Agama.