Untuk itu beliau mengajak agar kita dapat menjadi agen perubahan, dan agen integritas yang mampu menjaga reputasi kementerian dan pemerintahan Indonesia, menegakkan kebenaran, kejujuran dan keadilan.
Kematian memberikan transformasi dalam kehidupan spiritual kita untuk memandang sesuatu yang lebih bernilai dan bermakna dalam hidup.
Sekalipun kita tidak dapat mengendalikan semua situasi sebagai tanda keterbatasan manusiawi kita, tetapi kita masih bisa belajar dari peringatan Wafat Yesus Kristus.
Sebagai orang beriman, baik orang Kristen maupun non-Kristen, dihadapkan pada alternatif arah kehidupan kita; bahwa semua kita akan mati dan masuk ke dalam ketiadaan, sehingga seluruh hidup, kerja keras, prestasi, investasi, kasih dan penderitaan berakhir dengan ketiadaan.
Hal ini belum ada yang bisa membuktikan, dan nampaknya seperti tidak masuk akal.
Dan kita mati memasuki realitas absolut yang kita sebut Allah sang pencipta yang berkuasa atas hidup dan mati.
Dan bagi orang yang tidak memiliki keyakinan ini sulit dibuktikan secara rasional seperti apa hidup abadi itu.
Tetapi sekurang kurangnya kita memiliki dasar-dasar yang masuk akal, sebab jika Allah sungguh ada, tentu Dia tidak hanya menjadi Allah (Alfa) awal dunia tetapi juga Allah akhir (Omega), Allah pencipta sekaligus penyemurna, Allah yang abadi dan hidup. Keyakinan ini akan mengubah semua orang hidup secara berbeda dengan hidup lebih bermakna, lebih bertanggung jawab dalam setiap keputusan hidup kita.
“Kita tidak akan mampu menghadapi segala kegelapan dunia ini, tetapi dengan Cahaya Yesus Kristus yang Wafat dan bangkit mengalahkan kematian menjadi jalan, kebenaran dan hidup saya” kata Hans Kung, (1928 – 2021).
Yesus Kristus sebagai teladan hidup, Cahaya yang memberikan tuntunan, harapan pada orang banyak yang tak terbilang jumlahnya; dimana mereka belajar bahwa terberkatilah orang yang miskin, yang tidak mengandalkan kekuasan, menjauhi kekerasan; yang lapar akan keadilan, yang penuh belaskasih, memberi kebahagiaan bagi mereka menjadi pembawa damai; mereka yang disiksa demi kebenaran dan keadilan; mereka yang terus belajar untuk menghormati orang lain, mengampuni musuh; dan mereka yang telah menerima kekuatan untuk dapat mengampuni, bertobat dan menyangkal diri, demi menolong sesama”, (Hans Kung, dalam Theology Digest, 1995).
Menyambut kematian (Wafat dan kebangkitan Yesus), kita percaya bahwa kehidupan tidak hancur karena kematian, dan kita dapat menemukan makna dibalik kematian yakni kehidupan baru menuju kesempurnaan hidup sejati.







